Kok Pilih Jurusan Manajemen?

Kadang orang lain suka kepo menanyakan alasan saya mengambil jurusan Manajemen. Untuk menjawabnya saya suka kebingungan sendiri, karena secara pribadi saya punya 2 alasan. Pertama, jawaban yang akan saya berikan kepada bukan orang-orang terdekat. Kedua, jawaban sebenarnya.

https://www.kisspng.com/png-family-grandparent-icon-vector-family-297582/

satu

Berdasarkan cerita dari ibu dan kakak-kakak, kakek dan nenek dulu berjualan. Seingat saya, ibu pun tidak pernah bekerja apa-apa lagi selain berjualan. Juga kakak-kakak saya, sampai saat ini berjualan. Bahkan keponakan saya yang usianya terpaut 4 tahun dengan saya sudah berjualan. Saudara yang kerja kantoran pun nyambi jualan online.

Profesi keluarga yang kebanyakan berjualan ini sering saya jadikan alasan masuk jurusan Manajemen kalau-kalau ditanya orang lain. Karena jurusan Manajemen ‘kan mempelajari bisnis. Sebagai tambahan, saya juga akan menjawab melanjutkan pendidikan sewaktu SMK, karena dulu ibu memasukkan saya ke SMK jurusan Pemasaran.

Namun sebenarnya, bisa dibilang hanya saya yang fokus jadi budak korporat yang kerja setiap Senin sampai Jumat dari jam 08.00 sampai 17.00 (catatan: kalau tidak terlambat dan lembur), dan belum bisa mengatur waktu dan keuangan untuk nyambi jualan juga.

 

https://www.onlinewebfonts.com/icon/393604

dua

Tumbuh di keluarga yang hampir semuanya berjualan membuat saya terlibat perdagangan setiap harinya. Hal ini bikin saya lebih mudah mendapat prestasi ketika SMK jurusan Pemasaran, tetapi teorinya saja, BIG NO dengan praktiknya. Sampai lulus pun saya mendapat nilai yang bisa dibilang cukup memuaskan. Karena tidak lolos SNMPTN dan beberapa hal membuat saya tidak bisa melanjutkan kuliah jalur reguler, pilihannya mencari kerja. Namun, punya nilai yang cukup gemilang tidak membuat saya gampang mencari kerja.

Setelah beberapa hal yang terjadi, saya mengikuti pelatihan Survei Pemetaan (pengukuran tanah) selama 1 tahun. Apa yang saya pelajari di SMK dengan di tempat pelatihan ini sangat jauh berbeda. Di SMK saya mempelajari tentang konsumen, di tempat pelatihan ini tentang pengukuran tanah. Ilmu ekonomi dengan ilmu geodesi. Nyaris tidak ada nyambungnya sama sekali.

Apa saya bisa? Tentu. Walau tidak termasuk dalam kategori unggul saya bisa mengikuti. Saya satu-satunya yang tidak memiliki dasar sama sekali, yang lainnya jurusan IPA di SMA, setidaknya pernah mempelajari sinus, cosinus, tangen.

Setahun kemudian saya lulus, bukannya diminta oleh perusahaan Survei Pemetaan, saya diminta untuk menjadi staf di lembaga tersebut. Di tempat itu saya dituntut untuk bisa mengerjakan hal-hal yang belum saya lakukan sama sekali. Contohnya mendesain brosur, pamflet, dan spanduk. Karena saat ini banyak tutorial desain di internet, setidaknya saya bisa membuat sebuah desain, karena yang paling penting adalah informasi yang terkandung dari desain tersebut.

Kembali ke impian saya dari dulu, saya ingin setidaknya sekolah sampai jenjang strata. Setelah dipikir matang-matang memiliki cukup gaji untuk melanjutkan pendidikan, akhirnya saya kuliah kelas karyawan agar sambil bekerja, dan memilih jurusan Manajemen. Kenapa? Setelah apa yang saya alami, di SMK saya cuma cukup bagus teorinya saja, di tempat pelatihan Survei Pemetaan lebih banyak yang jago ngukur tanah ketimbang saya, di tempat kerja saya bisa cepat belajar membuat desain. Dari semua yang pernah saya alami, yang paling penting adalah fakta bahwa saya bisa belajar tapi tidak bisa sampai mahir.

Kesimpulannya saya adalah seorangĀ  Master of None. Dengan mengambil jurusan Manajemen, ketika bekerja di tempat lain saya membayangkan akan sedikitnya mempelajari bidang usaha tempat tersebut, tetapi tidak (bisa) sampai ahli.

Published by

Isma Fahira

Halo! I am a textrovert, feel free to chit chat with me.